Dibanding 70 Tahun Lalu, Waktu Penerbangan Sekarang Malah Lebih Lama
Tahukah kamu bahwa menurut analisis New York Timesterhadap Data Biro Statistik Transportasi, durasi rata-rata perjalanan udara atau penerbangandari Bandara JFK New York ke Los Angeles, Amerika Serikat telah meningkat 23 menit sejak 1955 atau sekitar 70 tahun lalu.
Secara umum, terdapat pertambahan waktu tempuh sebanyak 18 menit. Meski waktu tempuh terasa makin panjang, penerbangan tetap mendarat tepat waktu bahkan terkadang sampai lebih awal.
Hal tersebut rupanya merupakan strategi maskapai penerbangan dalam mengatur waktu penerbangan. Waktu tempuh dalam jadwal penerbangan diatur lebih lama dibandingkan yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan Redaksi
|
"Rata-rata penumpang tidak akan menyadari bertambahnya menit dalam waktu penerbangan mereka, karena mereka fokus untuk naik pesawat dan tiba di tujuan pada waktu yang tertera di tiket mereka," tambahnya.
Hal ini memberikan sedikit kelonggaran bagi maskapai terhadap adanya potensi keterlambatan kecil, serta membantu peningkatan statistik yang akan dilaporkan ke Biro Statistik Transportasi guna meningkatkan reputasi maskapai penerbangan.
"Faktanya adalah bahwa memperpanjang durasi penerbangan terjadwal dapat meningkatkan data kinerja ketepatan waktu maskapai, menghindari ketidakpuasan pelanggan karena terjadinya penundaan," bebernya.
"Hal ini juga memungkinkan penerbangan tiba lebih awal atau tepat waktu dengan lebih sering," lanjutnya.
Inti dari strategi ini adalah menyediakan waktu jeda dalam jadwal guna memperhitungkan kondisi keterlambatan atau gangguan sambil tetap menjaga citra ketepatan waktu maskapai penerbangan.
Penerbangan juga berpotensi mengalami keterlambatan karena terdampak kemacetan lalu lintas baik di landasan pacu maupun di udara. Maskapai penerbangan dan menara pengawas lalu lintas udara bekerja sama mengoordinasikan rencana penerbangan dengan cermat.
Menurut Sabrina sendiri, penumpang mungkin tidak merasakan adanya perubahan atau penambahan waktu penerbangan. Sementara itu, strategi durasi penerbangan lebih lama juga didukung para ahli.
Laporan terbaru dari Universitas Cambridge menyarankan pesawat terbang lebih lambat dan memperpanjang waktu penerbangan untuk mengurangi emisi karbon, melansir New York Post.
Meski langkah ini dinilai lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, terdapat beberapa potensi dampak negatif, terutama pada produktivitas maskapai dan penerimaan penumpang.
Menurut beberapa ahli, pesawat yang dirancang untuk terbang jarak jauh itu memiliki beban yang lebih berat dan kurang efisien.
(aur/wiw)-
Menko Infrastruktur Sebut Generasi Muda Adalah Kunci Indonesia Emas 2045Pemerintah Cari Cara Agar Para Preman Tak Meresahkan, Istana: Mereka Juga AnakMakin Banyak Kosmetik Ilegal Beredar Online, BPOM Beri Peringatan InfluencerNissan Lakukan Efesiensi BesarIngin Lolos SNBP 2025? Hindari 5 Jurusan Kuliah di ITB yang Paling Diminati, Cek DaftarnyaAwal Ramadan Berpotensi Berbeda, Menag Beri Tenggapan10 Minuman Pembakar Lemak Perut, Hempas Buncit Jadi RataKalender Februari 2025 Lengkap Tanggal Merah, Ada Long Weekend?KPK Ungkap Alasan Mbak Ita TibaPrabowo Perintahkan Kepala BNPB Gerak Cepat Tangani Banjir Pekalongan
下一篇:BTN Gerak Cepat Urus Izin Spin Off BTN Syariah Usai Dapat Restu Presiden Prabowo
- ·Curhat Guru Honorer di Pelosok saat HGN 2024, Perjuangkan Kesejahteraan
- ·Mendagri Bakal Ungkap Pemda Mampu Tak Mau Bantu Sekolah Swasta
- ·Anggaran Kejaksaan RI Juga Dipangkas Rp5,43 T, Dampaknya Matikan Listrik hingga Hemat Air
- ·Mentan Andi Amran Optimis Tingkatkan Daya Saing Produk Indonesia di Pasar Global
- ·Banjir Bandang, Amankah Pergi Liburan ke Spanyol?
- ·Long Weekend Imlek, 36 Ribu Orang Tinggalkan Jakarta: Ada 7 KA Tambahan
- ·Sritex PHK 10 Ribu Karyawan, Kemnaker Berharap Hak Pekerja Terpenuhi
- ·Minum Air Lemon Setiap Hari, Manfaat Luar Biasa untuk Kesehatan
- ·Polisi Tangkap Penyebar Hoax Jokowi dan Panglima TNI, Siapa Dia?
- ·8,8 Juta Orang Indonesia Terbukti Main Judi Online, Perangi dengan GEBUK JUDOL
- ·7 Manfaat Puasa Ramadan untuk Kesehatan, Apa Saja?
- ·MA Tangani 31 Ribu Perkara Sepanjang 2024, Meningkat 13,18% Dibandingkan 2023
- ·Angka Kasus Kanker Payudara di RI Sulit Ditekan, Ini Alasannya
- ·Studi Ungkap Tidur Setelah Tengah Malam Tingkatkan Risiko Diabetes
- ·Jelang Arus Mudik Lebaran 2025, Astra Tol Cipali Tingkatkan Kualitas Jalan
- ·OJK Gandeng AO PNM dalam Program SICANTIKS untuk Perkuat Literasi Keuangan Syariah
- ·Wamen Stella Christie Beberkan Pembangunan SMA Unggul Garuda di NTT, Hutan 20
- ·Bocoran Jadwal Pendaftaran PPG Prajabatan 2025, Calon Guru Simak Informasinya!
- ·JCC GBK Berubah Jadi JICC dan Dikelola Negara, Pengaruhi Batalnya Sederet Acara Termasuk Wisuda
- ·Jelang Arus Mudik Lebaran 2025, Astra Tol Cipali Tingkatkan Kualitas Jalan
- ·Aduh! Kemendiktisaintek Pastikan Tukin Dosen 2020
- ·Jangan Cuma Andalkan Susu, 5 Sayur Ini Juga Tinggi Kalsium
- ·Cek Info GTK 2025 Telah Tervalidasi Terima Tunjangan Sertifikasi Lewat NRG, Guru Tinggal Klik paspor
- ·Sritex PHK 10 Ribu Karyawan, Kemnaker Berharap Hak Pekerja Terpenuhi
- ·Kantongi Restu, Medco Energi (MEDC) Bagikan Dividen US$63,29 Juta untuk Tahun Buku 2024
- ·BGN Bantah Mitra MBG di Tasikmalaya Mundur Gegara Tak Dibayar
- ·Bank Emas Diusulkan Jadi Tabungan Haji, Begini Tanggapan BPKH
- ·Minum Air Lemon Setiap Hari, Manfaat Luar Biasa untuk Kesehatan
- ·Ada Potensi Gratifikasi saat Prabowo Terima Mobil Listrik dari Erdogan, KPK Ingatkan untuk Lapor!
- ·Waspada, Makanan dan Minuman Ini Bisa Bikin Dehidrasi Saat Puasa
- ·Kemendukbangga Berencana Beri Insentif TPK Penyalur MBG untuk Ibu Hamil
- ·Jangan Cuma Andalkan Susu, 5 Sayur Ini Juga Tinggi Kalsium
- ·Ketika Sultan Turun Tangan, Hyundai Bangun Pabrik Otomotif Pertama di Timur Tengah
- ·Ketahuan Banting Koper
- ·Pemandu Wisata Serang Turis karena Tolak Belanja, Polisi Turun Tangan
- ·Kemenperin: Perpanjangan HGBT Bisa Bantu Dukung Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen