游客发表
发帖时间:2025-05-29 07:20:17
Hubungan antara afiliasi partai presiden Amerika Serikat (AS) dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi topik penelitian dan perdebatan ekstensif. Secara historis, beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi antara partai yang berkuasa dan kinerja ekonomi.
Misalnya, data dari era pasca Perang Dunia II sering menunjukkan bahwa ekonomi AS tumbuh lebih cepat di bawah pemerintahan presiden Demokrat daripada presiden Republik. Namun, korelasi ini tidak selalu menyiratkan hubungan sebab akibat.
"Pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari berbagai variabel, termasuk kondisi ekonomi global, kemajuan teknologi, kebijakan fiskal dan moneter, juga kejadian tak terduga seperti bencana alam atau pandemi. Oleh karena itu, menghubungkan kinerja ekonomi dengan afiliasi partai presiden saja akan terlalu menggampangkan dan berpotensi menyesatkan," kata Kar Yong Ang selaku analis broker global Octa.
![]() (Foto: doc Octa) |
Indikator makro utama AS pada 2004-2024
Analisis Octa, Kar Yong Ang, menilai bahwa terkadang keberuntungan yang menciptakan rekam jejak presiden dalam perekonomian. Secara keseluruhan, dari indikator makro historis, tidak ada kesimpulan pasti tentang siapa presiden yang lebih baik bagi perekonomian.
"Misalnya, Obama memasuki Gedung Putih ketika perekonomian AS baru akan mulai pulih setelah krisis keuangan besar pada tahun 2007-2008, sedangkan Trump dapat dikatakan kurang beruntung karena ia menghadapi krisis Covid yang belum pernah terjadi selama tahun terakhir masa jabatannya sebagai presiden," katanya.
Secara keseluruhan, dilihat dari indikator makro historis, tidak ada kesimpulan pasti yang dapat diambil tentang siapa presiden yang lebih baik bagi perekonomian.
Adapun saham AS cenderung mengalami peningkatan volatilitas jelang pemilihan umum (pemilu). Menurut Kar Yong Ang, hal ini umumnya disebabkan oleh ketidakpastian seputar perubahan kebijakan yang memengaruhi perdagangan internasional, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas geopolitik.
Untuk itu, pelaku pasar biasanya hanya 'menunggu dan mengamati' sampai pemilu menunjukkan hasil jelas. Secara historis, kinerja pasar saham cenderung lebih baik pada tahun setelah pemilu, terutama jika partai petahana menang, yang menunjukkan keberlanjutan kebijakan.
Meskipun pemilu dapat memicu reaksi langsung, data mengungkapkan bahwa dampak jangka panjangnya terhadap pasar finansial cenderung terbatas. Kinerja pasar jangka menengah hingga jangka panjang lebih sering dipengaruhi oleh parameter ekonomi yang lebih luas seperti tren inflasi.
Terkait performa Dow Jones Industrial Average (DJIA) pada 2004-2024, sejarah mencatat berbagai sektor seperti perawatan kesehatan, energi, teknologi, dan finansial memiliki reaksi berbeda terhadap hasil pemilu. Pemilu AS 2016 adalah contoh untuk pasar yang bereaksi kuat terhadap hasil pemilu, mengantisipasi pemotongan pajak dan reformasi regulasi yang meningkatkan sentimen pasar.
Dolar AS
Persepsi domestik dan internasional tentang kebijakan ekonomi kandidat memengaruhi kinerja dolar AS selama tahun-tahun pemilihan presiden. Kandidat yang dianggap konservatif secara fiskal dapat memperkuat dolar dengan prediksipengurangan belanja pemerintah dan inflasi yang lebih rendah. Sebaliknya, kandidat pendukung kebijakan fiskal ekspansif dapat melemahkan dolar.
Faktor krusial lain, adalah kebijakan perdagangan. Kandidat yang proteksionis bisa memberlakukan tarif atau merundingkan ulang kesepakatan dagang, memengaruhi nilai dolar. Kebijakan proteksionis dapat menyebabkan dolar menguat dalam jangka pendek, tetapi juga dapat mengakibatkan balasan dari mitra dagang, melemahkan dolar dalam jangka panjang.
Stabilitas geopolitik dan hubungan luar negeri merupakan aspek tambahan yang dapat memengaruhi dolar. Kandidat yang diprediksi mengambil kebijakan luar negeri dapat meningkatkan kepercayaan investor, yang mengarah pada penguatan dolar. Sementara, kandidat dengan kebijakan yang berpotensi mengganggu stabilitas dapat menyebabkan pelemahan dolar.
Selanjutnya, terkait performa Indeks Dolar AS (DXY) pada 2004-2024. Selama 20 tahun terakhir, DXY mengalami performa yang lebih baik di bawah Presiden Demokrat dan memiliki imbal hasil negatif di bawah kepemimpinan Republik.
Tetapi, seperti halnya indeks saham AS, tren ini pun tak dapat dianggap gampang. Dolar AS adalah mata uang cadangan global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar kebijakan presiden.
Emas
Emas yang dianggap sebagai aset safe haven, biasanya mengalami peningkatan permintaan selama periode pemilu. Menurut data historis pada tingkat mikro, harga emas cenderung naik di beberapa bulan jelang pemilihan, dan dapat terus meningkat jika hasil pemilihan ditentang atau menyebabkan perubahan kebijakan yang signifikan.
"Jika kita mengamati gambaran yang lebih besar, kita melihat bahwa harga emas cenderung meningkat dalam jangka panjang dan sikap ideologis presiden AS yang sedang menjabat hanya berdampak sangat kecil atau bahkan tidak berdampak sama sekali terhadap performa emas. Nilai emas memang meningkat hampir dua kali lipat selama masa jabatan pertama Presiden Obama, tetapi mengalami penurunan 30 persen selama masa jabatan keduanya," papar Kar Yong Ang.
Performa Emas (XAU) pada 2004-2024 berdasarkan studi World Gold Council (WGC) memperlihatkan bahwa biasanya sedikit lebih baik dalam enam bulan jelang pemilihan presiden dari Partai Republik dan tetap stabil kemudian.
Di sisi lain, performa emas cenderung buruk sebelum pemilihan presiden dari Partai Demokrat dan sedikit di bawah rata-rata jangka panjang dalam periode enam bulan pasca pemilu. Namun, WGC mengakui bahwa hasil ini secara statistik tidak signifikan, dan bahwa emas tidak merespons afiliasi partai presiden yang terpilih, tetapi lebih mungkin merespons efek yang ditimbulkan oleh kebijakan tertentu.
Disclaimer: Trading melibatkan risiko dan mungkin tidak cocok untuk semua kalangan investor. Gunakan keahlian Anda dengan bijak serta evaluasi semua risiko terkait sebelum mengambil keputusan investasi.
(adv/adv)相关内容
随机阅读
热门排行
友情链接